Senin 31•03•2025

Iklan

Iklan

Menggali Kesejatian (28)

28 Maret 2025, 1:46 PM WIB Last Updated 2025-03-28T05:46:50Z

Hamdan Juhannis,Rektor UIN Alauddin


*Hijau tapi Gersang*

Ada respon menarik dari Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Prof. Zudan Arif Fakrulloh, dari coretan saya tentang ekosentris. Prof. Zudan melihat bahwa ide untuk menjadikan wawasan ekosentris lebih membumi yaitu dengan menyentuh dunia pendidikan secara menyeluruh. Menurut beliau, untuk menjadi pribadi yang ekosentris harus dibentuk secara sistematis dan tidak bisa dengan sporadis.

Secara jelasnya beliau mengatakan bahwa untuk menjadi orang yang berjiwa ekosentris, sentuhannya harus melalui pendidikan formal yang berkelanjutan, mulai dari SD lanjut ke SMP, dan lebih atas lagi ke SMA, dan puncaknya pada perguruan tinggi.

Saya sangat terinspirasi dengan ide Pak Prof. Zudan bahwa lemahnya wawasan ekosentris masyarakat kita karena dunia pendidikan formal belum menjadikannya sebagai sebuah haluan terpenting bagi kehidupan. Itulah, saatnya pendidikan formal bergerak untuk menjadikannya sebagai situasi darurat dengan fenomena krisis lingkungan yang melanda saat ini.

Saatnya anak-anak sekolah dasar untuk diajar memahami keharusan lingkungan yang bersih. Saatnya anak sekolah dasar dibiasakan untuk memulai menanam pohon dan memeliharanya, baik di lingkungan sekolah maupun di sekitar rumahnya.

Saatnya mereka diberi hadiah yang mampu membesarkan pohon yang ditanamnya. Saatnya mereka diceritakan sebuah skenario masa depan, bahwa betapa indahnya pohon yang ditanamnya suatu waktu ketika besar dan rindang, lalu anak-anak itu yang sudah besar kembali menjenguknya.

Saatnya anak sekolah lanjutan ditekankan tentang makna ekosistem, keterkaitan bagian kehidupan dengan lainnya. Saatnya mereka mempraktekkan pada kehidupan yang lebih nyata, mulai diajar untuk menggunakan air secara hemat saat berwudhu, dan air tidak tumpah begitu saja menjadi bagian dari air kotor di selokan. 

Saatnya anak sekolah lanjutan dibiasakan untuk memasukkan sampah kecil ke dalam kantong celananya, sampai menemukan tempat sampah membuangnya. Karena bila itu dilakukan, maka itu adalah proses kesadaran tingkat tinggi tentang makna kebersihan.

Saatnya dunia kampus mengembangkan bukan sebatas kajian tapi gerakan, bahwa untuk memiliki jiwa ekostentris, harus dikuatkan dengan nilai ketuhanan bahwa sebagai makhluk Tuhan sudah tanggung jawab manusia untuk memelihara alam, yang disebut sebagai ekoteologi.
Saatnya mengarusutamakan paham bahwa kunci menuju surga adalah dengan menjaga berlangsungnya ekosistem kehidupan. Saatnya meyakinkan anak-anak didik dan para pembelajar lainnya bahwa satu pohon yang ditanam, melahirkan amal jariyah yang tak terkira. Setiap orang yang berteduh memberi kepada penanamnya pahala kebaikan. Buahnya yang dinikmati menjadi kebaikan tak terkira. 

Lebih nikmat lagi, bila pohon mangga golek tetangga yang sangat lebat buahnya, yang rantingnya sedikit lagi menjorok ke halaman rumah saya, dan memberi kewenangan kepada saya untuk "mengekesekusi" setiap mangga dari ranting yang menjorok itu.

Saatnya dunia kampus mengembangkan secara masif metodologi dan desain pembelalaran untuk menjadikan ekoteologi sebagai arusutama kehidupan akademik. Saatnya dunia kampus "menghijaukan" semua sarananya baik lingkungan luar maupun di ruangan rapat. 

Termasuk yang terpenting, saatnya jiwa perlu dihijaukan, dibuat teduh, disirami dengan ajaran persaudaran, dan dipupuk dengan tali kasih dengan sesama. Yang terakhir ini kunci dari seluruh "sentris" yang dibicarakan. Betul kata seorang kawan, bila ekosentris fisik tanpa adanya ekosentris psikis, yang akan terjadi, "hijau tapi gersang." 

Ekosentris memang bukan sekadar bermodal niat baik, tapi butuh ketegasan. Memberi makan monyet-monyet di pinggir jalan dan membiasakan mereka keluar dari habitatnya seperti pada jalan di area pegunungan menuju kampung saya, menurut saya "baik tapi salah," maksud saya, "baik tapi tidak tepat." Monyet juga sih tidak mengerti makna ekosistem, dasar monyet!

Oleh:
Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin
Komentar

Tampilkan

  • Menggali Kesejatian (28)
  • 0

Iklan