Iklan

Iklan

Menggali Kesejatian (24)

24 Maret 2025, 6:01 AM WIB Last Updated 2025-03-23T22:01:03Z

Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin


*Tiga Kapasitas*

Baru pulang mengikuti hajatan berupa konsolidasi keumatan dan kebangsaan yang digagas oleh Ikatan Alumni kampus kami dan jaringan Ikatan Alumni Perguruan tinggi Keagamaan Negeri. Hajatannya besar karena ramainya orang yang hadir, dan juga tokoh-tokoh besar yang menjadi narasumber. 

Sambil menunggu acara dimulai, kami bersama beberapa teman berbincang lepas dan menyimak "pengajian ideologi" dari Ketua Umum Ikatan Alumni kampus kami, Bapak Dr. Idrus Marham. 

Ada beberapa catatan yang terkait dengan kesejatian diri dari pengajian tersebut. Menurut Pak Idrus, ada tiga yang perlu dikuatkan bila ingin menjadi sosok kontributif dalam kehidupan, bagaimana memiliki kuasa, menanamkan pengaruh pada orang lain, dan membawa perubahan pada kehidupan.  

Pertama, kapasitas "fisik". Istilah lainnya "gaya". Fisik juga bermakna daya tarik. Aspek fisik terkait juga dengan ornamen diri. Fisik tidak harus berarti gagah, karena kegagahan itu sesuatu yang "given". Menjadi tidak gagah bukan sesuatu yang harus disesali, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menjadi menarik. 

Untuk menjadi menarik secara fisik butuh ongkos, memakai baju yang bagus, memakai wewangian yang berkelas, dan aksesoris yang membantu daya tarik fisik kita. 

Termasuk aspek fisik ini tentunya bersinggungan dengan kebutuhan dasar yang sudah ditingkatkan kelasnya; kendaraan, tempat tinggal dan aset. Intinya, kekuatan fisik terkait dengan kekuatan material, sebutlah sebagai "external capacity".

Kedua, kekuatan visi. Menurut beliau, kekuatan Visi adalah kualitas diri, "internal capacity", yang berbeda dengan kekuatan fisik. Kekuatan visi seseorang itu bisa terlihat dari pandangannya ke depan atau cita-cita besarnya. 

Kekuatan visi itu bisa dicermati dari cara seseorang memimpin dan menyampaikan pikiran. Kekuatan visi biasanya tersebar dari pidato, diskusi, debat, dialog, menulis, atau bahkan sekadar bercengkrama. 

Orang dengan kekuatan visi sering disebut cerdas. Jadi modal visi itu berarti juga sebagai modal kecerdasan. Visi juga terkait dengan pengalaman dan pembelajaran hidup yang ditempuh oleh seseorang. Penguatan visi ditempuh dengan sekolah formal atau dengan sekolah kehidupan.

 Ketiga, kekuatan "value", atau nilai yang dijunjung. Value mungkin bisa disebut sebagai "moral capacity". Value terkait dengan integritas diri. Value berdampak pada prinsip. 

Value membentuk karakter orang. Kekuatan value inilah yang membuat seseorang itu disebut "orang baik". Kekuatan value ini membuat kata benda "manusia" menjadi kata sifat "manusiawi". Kekuatan value merubah kata "to have religion" menjadi "to be religious". 

Value membuat seseorang itu bukan sekadar berbeda tapi menjadi bermanfaat. Kekuatan value yang menjadikan orang lain itu ingin hidup berdampingan dengan dirinya.

Ketiga kapasitas yang harus dimiliki menurut Pak Idrus, harus berjalan beriringan. Sambil menyimak, saya ingin menyampaikan pendapat tapi keburu tamu-tamu sudah mulai berdatangan. 

Saya sebenarnya masih ragu bahwa apakah ketiga kekuatan itu harus selalu hadir secara bersamaan. Karena sejarah secara berulang menceritakan bahwa sosok yang berhasil merubah dunia, bukan dari kalangan yang kuat secara materi, dan sejarah pasti selalu berulang. 

Atau Pak Idrus sedang berbicara tentang dunia yang sudah berubah? Mungkin, karena saat menjelang berbuka puasa bersama, saya juga sempat berpikir, bagaimana caranya mengumpulkan orang begitu banyak untuk menyimak sebuah visi tapi tanpa "pappabuka" (makanan pembuka puasa). Kita coba lanjutkan besok.

Oleh:
Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin
Komentar

Tampilkan

  • Menggali Kesejatian (24)
  • 0

Terkini

Iklan