Iklan

Iklan

Menggali Kesejatian (22)

22 Maret 2025, 1:54 PM WIB Last Updated 2025-03-22T05:54:16Z


Dalam Keheningan



Menggali kesejatian kali ini bukan dari judul sebuah lagu, bukan juga dari syair lagu lawasnya Mansyur S., tapi judul Kultum salah satu Dekan di kampus kami, Prof. Muhaimin Latief. Prof. Muhaimin melihat pentingnya memasyarakatkan cara beragama secara hening karena menurutnya cara beragama yang produktif tidak perlu dilakukan  dengan kegaduhan.


Prof. Muhaimin memulai mengulas bahwa tonggak sejarah kenabian itu terjadi dalam keheningan. Sejarah Rasul menerima wahyu pertama yang diperingati sebagai Nuzulul Qur'an, terjadi dalam keheningan malam. Proses Isra' Miraj Rasululullah yang ditandai dengan penerimaan perintah shalat itu dilakukan dalam keheningan malam. Peristiwa Hijrah Nabi yang menandai lahirnya kalender hijriah juga terjadi dalam keheningan malam.

Prof. Muhaimin melihat bahwa keberagamaan yang produktif ada pada kemampuan mengkapitalisasi keheningan. Kekhusyuan shalat itu terwujud pada keheningan bukan pada kebisingan. Aktifitas kontemplasi misalnya berzikir itu terjadi dalam keheningan. 


Ceramah Prof. Muhaimin bisa menjadi lebih menarik sekiranya mengaitkan dengan gejala bahwa produktivitas kerja manusia itu justeru terjadi dalam keheningan. Gagasan yang merubah dunia itu banyak yang lahir dari keheningan. Keheningan itu adalah pelepasan dari hiruk pikuk pergaulan, pembebasan dari kegaduhan kehidupan, dan proses pengosongan dari kepenatan. 


Keheningan itu menciptakan situasi netral, santai, atau kosong, karenanya proses penyambungan  bisa terjadi dengan mudah. Menurutku, keheningan juga membuat kerja otak lebih maksimal karena tidak perlu banyak terkuras untuk mencari titik fokus. Situasi hening membuat lebih mudah untuk menemukan titik fokus. Dan kita pasti tahu, fokus sumber produktiftas. Situasi yang bisa menjelaskan mengapa banyak gagasan besar lahir dari kamar mandi.


Pertanyaanya, apakah keheningan itu selalu menunggu malam hari? Apakah keheningan itu mensyaratkan kesendirian? Apakah keheningan itu identik dengan keterpisahan kalau bukan keterasingan? 


Saya tertarik dengan respon seorang dosen senior, Dr. Wayong, bahwa produktifitas dalam keheningan itu biasa, tapi yang luar biasa adalah tetap produktif dalam kebisingan. Menurutnya, sesuatu yang luar biasa, bila seseorang tetap memiliki jiwa kontemplatif meskipun dia berada dalam suasana hiruk pikuk.


Karena kehidupan semakin ramai, ruang kesendirian juga semakin terbatas, mungkin memang perlu menguatkan rekayasa keheningan. Anda sering upacara kan? Kita bisa selalu melakukan "hening cipta" padahal kita sementara berada dalam keramaian. Mengapa bisa terjadi keheningan dalam keramaian? Karena di situ ada rekayasa yang disebut dengan ritual berupa upacara. 


Jadi menurut saya, keheningan itu bukan semata karena suasana malam atau berdiam di kegelapan, tapi keheningan itu bisa di saat ramai, terang, ribut atau sibuk. Pengheningan itu adalah aktifitas kejiwaan. Jika seluruh jiwa-jiwa yang hadir dalam keramaian sepakat untuk berhening, maka yang terjadi adalah keheningan, seperti fenomena upacara bendera. Tapi Ingat! Keheningan beda dengan Kesepian. Kalau ada yang sering mengalami kesepian dalam keramaian, setelah membaca coretan ini bersegeralah ke Psikolog.

Oleh:

Hamdan Juhannis

Rektor UIN Alauddin

Komentar

Tampilkan

  • Menggali Kesejatian (22)
  • 0

Terkini

Iklan