*Fir'aun dan Sains Islam*
Saya tertarik pada ceramah salah seorang kawan yang juga seorang Kyai, Andi Aderus, di masjid kompleks saya. Beliau mengulas sebuah topik yang sudah sering diulas oleh masyarakat ilmiah, Relasi Qur'an dan ilmu Pengetahuan, tapi tetap menarik untuk disimak. Daya tariknya adalah kajian yang ditampilkan tetap mengandung kebaruan, relevan dengan tanda-tanda yang sudah diindikasikan oleh Qur'an sebagai kitab suci yang diturunkan hampir 1500 tahun yang lalu.
Kyai andi Aderus mengulas bagaimana fenomena Fir'aun yang sudah diindikasikan dalam kitab suci bahwa Tuhan akan menyelamatkan jasadnya supaya bisa menjadi pelajaran bagi umat yang datang sesudahnya. Dijelaskan juga bahwa Fir'aun sebelum tenggelam di laut merah sempat memperhadapkan pengakuan penghambaannya kepada Tuhan tapi pengakuan itu sudah terlambat, kesejatian yang tertimbun dan dihancurkan oleh keangkuhan.
Lalu Kyai Andi Aderus mengulas bahwa bagaimana seorang peneliti asal Prancis, Maurice Bucaille, yang juga dokter ahli bedah, saat membedah Jasad Fir'aun yang ditemukan, secara meyakinkan menemukan bahwa sains mengkonfirmasi kebenaran ayat suci.
Terbukti jasad Fir'aun itu memiliki kadar garam yang sangat tinggi dan kadar garam itu sama dengan kadar garam laut merah. Juga, jasadnya mengalami pengeroposan tulang dan kulit, dan tidak terjadi penghancuran, yang menguatkan bahwa penguasa Mesir kuno itu tenggelam.
Pak Kyai juga mengulas tentang fenomena gempa bumi, yang jenisnya di singgung yang sudah dari awal dibedakan dalam Qur'an. Sementara masyarakat secara umum mengenal jenis gempa dengan tanah yang bergerak ke kiri dan ke kanan. Menurutnya, nanti setelah kasus gempa di Palu dengan jenis gempa yang naik turun yang dijelaskan Qur'an dengan is
Peristilahan yang sangat kaya, misalnya: zalzalah (guncangan) yang banyak kita pahami.
Menurut penceramah, setelah gempa bumi yang terjadi di Palu, ternyata banyak yang tersadar bahwa itu jenis gempa bumi yang berbeda, karena guncangannya bukan ke samping atau "zalazalah" tapi naik turun. Itulah yang sudah dijelaskan dalam Qur'an sebagai gempa bumi berjenis "dakk". Pak Kyai Aderus juga mengulas keberadaan gunung sebagai pasak bumi yang juga sudah dikaji kebenarannya oleh para ahli.
Penjelasan Pak Kyai tentang fenomena paku bumi sangat detail yang saya tidak bisa ulangi karena sudah mengandung penjelasan berbau matematis. Yang saya ingat perbandingannya dengan paku jembatan. Yang jelas, ceramah itu sangat berisi dan menjadi ajang untuk berefleksi tentang kebenaran kitab suci.
Pak Kyai Aderus juga menjadi contoh nyata produk dari ikhtiar keilmuan integratif yang banyak memandangnya sekarang cenderung dikhotomis. Wawasan integratif seperti ini akan melahirkan arus baru penceramah; ada ustadz geologis, ustadz biologis, ustadz sosioligis atau ustadz kimiawi, sambil tetap menjadi ustadz humoris.
Oleh:
Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin