Iklan

Iklan

Menggali Kesejatian (2)

02 Maret 2025, 9:42 AM WIB Last Updated 2025-03-02T01:42:16Z

Rektor UIN Alauddin Hamdan Juhannis

Memaknai Keheningan


Pernahkah anda mendengar bahwa sebuas-buasnya Singa tapi tetap menyayangi anaknya. Bahkan Singa salah salah satu jenis binatang yang sangat "family man", maaf salah istilahnya, "family animal". Konon, Singa adalah salah satu binatang yang paling menyayangi keluarganya. Singa juga sangat "sociable" karena paling suka berkelompok. Sudahlah, takutnya semakin saya bahas Singa anda akan merespon bahwa sehabat-hebatnya Singa, tetap ada dalam sirkus, artinya tetap bisa dipermainkan oleh manusia.


Maknanya adalah, mencintai itu bagian dari sesungguhnya pada diri setiap ciptaan. Cinta itu milik semua makhluk. Mencintai keluarga, kelompok, mencintai Rasul, sampai puncaknya mencintai Pencipta adalah sesuatu yang sudah terpatri dalam diri. Teman saya yang suka memakai istilah sering menggunakan kata "inherent" untuk menjelaskan keberadaan cinta dalam diri. 


Karena cinta itu adalah sesuatu yang ada dalam diri, maka cara mewujudkannya cenderung variatif, tergantung karakter diri yang mengekspresikannya. Ada yang berekspresi secara sangat positif, melakukan apa saja pada seseorang yang dicintainya, termasuk mengobankan apa saja yang dicintainya kepada yang paling dicintainya. Ada yang kelihatan biasa-biasa saja padahal dalam rasa yang dibangunnya sesungguhnya perasaan cinta yang dalam. Prinsipnya tidak tertarik pada simbol-simbol cinta. 


Ada juga yang berprilaku negatif secara ekstrim, antitesa dari ekspresi cinta yang dilakukan banyak orang. Untuk yang satu ini, seorang kawan pernah bercerita bahwa mertuanya yang pengusaha besar dan sangat kaya, bila ingin berbagi, biasanya menggunakan kata-kata "kotor". Jadi saat dia memanggil seseorang dengan bahasa tidak senonoh, itu pertanda bahwa dia akan mendapatkan sesuatu dari mertuanya. Semakin banyak produksi kata-kata kurang sopan, maka semakin banyak rezeki yang dia bagikan. Jadi bahasa kasar identik dengan ekspresi rasa cintanya pada yang lain. Jadi bila anak buahnya sudah lama tidak dikasih uang oleh bosnya ini, mereka bilang, "kapan lagi kita dikatai-katai oleh bos yah?"


Ekspresi negatif dari mencintai itu juga sebenarnya bisa dilihat dari sikap cemburu. Itulah orang bila cemburu tanda cinta, cuek tanda sudah tidak cinta. Berbahagialah kita ini yang sering dicemburui oleh isteri karena itu adalah bagian dari cintanya. Dan meranalah suami yang dicueki oleh isterinya karena bisa saja itu pertanda bagian dari "pembiaran" untuk berlaku sesukanya alias sudah tak cinta. 


Kesejatian cinta bisa lebih mengental dengan perenungan tentang cinta yang sering terdistorsi, misalnya prilaku membenci sesama, minimnya sikap toleran terhadap yang lain. Sesungguhnya benci itu kalau dikaji bisa saja sebagai akibat dari rasa cinta yang tidak terkelola dengan cerdas.  


Jadi bila hati dirasuki sifat benci, butuh penawar berupa pengheningan, karena di sana lahir aktifitas perenungan. Perenungan itu perbuatan menggali kembali kesejatian diri. Karenanya, berilah ruang kepada siapa saja yang ingin melakukan aktifitas meditasi, atau pengosongan pikiran karena dari sana biasanya penggalian tentang diri sedang terjadi. Tidak termasuk yang pergi menyendiri tapi ternyata sibuk "chatting" dengan orang lain. Itu berpotensi disebut sebagai keheningan yang tercemar.

Oleh:
Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin
Komentar

Tampilkan

  • Menggali Kesejatian (2)
  • 0

Terkini

Iklan