Iklan

Iklan

Kelong Pendidikan Religius (30)

30 Maret 2025, 9:28 AM WIB Last Updated 2025-03-30T01:28:26Z

Bahaking Rama


HARI RAYA IDUL FITHRI

Oleh: BAHAKING RAMA

Beberapa prinsip tulisan ini sudah dipublikasikan pada idul fitri tahun 1445 Hijriyah yang lalu. Kini diangkat kembali karena masih sangat relevan dengan idul fitri.
Idul fitri selain bermakna kembali pada kesucian, juga bermakna sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah. Syukur atas kemenangan yang diperoleh setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Idul fitri disambut dengan penuh suka-cita. Masyarakat tumpah-ruah di tanah-lapang atau di masjid, mengumandangkan kalimah tauhid. Bertasbih, bertahmid, bertahlil, dan bertakbir mengagungkan Allah. Diperkotaan, takbir menggema di cela-cela gedung pemukiman dan perkantoran. Juga di pelosok-pelosok desa, di pulau-pulau, di pesisir pantai, maupun di kampung-kampung pegunungan. 
Dalam kaitan ini, orang tua selalu mendidik anak untu mengagungkan Allah, sebagai mana kelong berikut.

ᨄᨀᨒᨚᨄᨚᨕᨗ ᨅᨈᨑ /
PAKALOMPOI BATARA, (Agungkan kebesaran Allah)

ᨑᨗᨕᨒᨚ ᨄᨒᨄᨔᨊᨘ /
RIALLO PA’LAPPASA’NU, (pada hari raya, lebaran idul fitri)
ᨉᨔᨗ ᨊᨉᨔᨗ /
DASI-NADASI, (semoga, dengan penuh pengharapan)

ᨊᨗᨒᨒᨚ ᨊᨗᨑᨄᨗ ᨆᨗᨔᨙ /
NILALO NIRAPI’ MISSENG. (kita lewati bulan Ramadan dan idul fitri ini, untuk dapat berjumpa lagi tahun berikutnya)

Di hari idul fithri ini, takbir menggema bersahut-sahutan pertandan umat mengagungkan Tuhannya. Idul fitri dilaksanakan setelah bulan Ramadan selesai dan ibadah puasa berakhir. Allah berfirman “…dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah…” (QS. Al-Baqarah, 2 : 185) Jama’ah laki-laki maupun perempuan, khusyuk mendirikan salat id dan mendengarkan khutbah, sementara anak-anak, terlihat hidup ceria menikmati suasana lebatan. 
Setelah shalat id, momen silaturrahmi sambil bermaaf-maafan antar jamaah. Suami-isteri saling mencari dan saling memaafkan. Demikian pula anak kepada orang tuanya. Setelah salat id usai, jama'ah bubar meninggalkan tanah-lapang atau masjid, mereka kembali berkumpul di rumah kerabat bersama keluarga, sambil menikmati buras, ketupat, kari ayam, dan makanan lainnya. Setelah itu, berlanjut ziarah ke makam orang tua ataupun karib-kerabat yang telah wafat. Mendo’akan mereka semoga hidup bahagia di alam kubur dan selamat di sisi-Nya.  
Di hari lebaran, ada yang tidak sempat berkumpul denga orang tua dan keluarganya karena musafir. Banyak diantara mereka berstatus mahasiswa. Tidak pulang kampung karena kehabisan tiket, mungkin juga keterbatasan biaya, atau karena sebab lain. Mereka hanya mengucapkan atau mengirim ucapan selamat hari raya kepada kerabat di kampung melalui WAG atau video call. Mereka hidup di rantau mengejar cita-cita untuk kehidupan lebih baih. Mereka berharap pada lebaran tahun depan sudah berada di kampung halaman bersama ibu, ayah, dan kerabat lainnya. 
Selamat hari raya idul fithri, 1446 H/ 2025 M. Minal aidin wal faidzin (semoga kita semua kembali ke fitrah dan meraih kemenangan) Taqabbalallahu minna wa minkum wa taqabbal ya karim (semoga Allah menerima amal ibadah kami dan kalian, dan terimalah ya Allah yang Maha Mulia) Mohon maaf lahir dan batin. 
Kelong Pendidikan Religius istirahat untuk sementara waktu. Sampai jumpa di lain kesempatan. Aamiin. Tabe Lompodudu Karaeng🙏🙏🙏

Pao-Pao Gowa, Ahad, 30 Ramadan 1446 H. / 30 Maret, 2025 M.
Komentar

Tampilkan

  • Kelong Pendidikan Religius (30)
  • 0

Terkini

Iklan