KATAKAN YANG BENAR MESKI PAHIT
Oleh: BAHAKING RAMA
Berkata benar akan meninggikan derajat kemuliaan seseorang. Ia akan disegani dan dihormati karena kejujurannya. Ucapannya selalu benar sesuai kata hati nuraninya. Itulah kewajiban manusia sebagaimana firma Allah “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.“ (QS. Al-Ahsab,33: 70) Tampaknya leluhur kita menjabarkan ayat ini dengan kelong berikut;
ᨄᨘᨊ ᨅᨘᨒᨕᨙ ᨆᨘᨌᨙᨊᨘ
Punna bulaeng muncennu (kalaulah mulutmu mulia laksana emas murni 24 karat)
ᨊᨍᨆᨑᨚ ᨅᨗᨙᨅᨑᨙᨊᨘ
Najamarro bibere’nu (bibirmu bagaikan zamrud batu mulia yang berkilau)
ᨄᨕᨘᨕᨗ ᨙᨅᨉᨙ
Pau’i bedeng (maka ucapkanlah)
ᨀᨊ ᨌᨗᨊᨚ ᨑᨗᨕᨈᨗᨊᨘ
Kana ci’nong riatinnu (perkataan yang benar sesuai kata hati nurani)
Nilai pendidikan yang terkandung dalam kelong, yaitu kata hati dijadikan sumber ucapan. Perlunya konsistensi antara ucapan dengan perbuatan, tidak berbohong. Hati biasa juga disebut qalbu. Qalbu berfungsi sebagai dinamisator-penggerak dan pengontrol anggota tubuh lainnya.
Tingkat kepedulian yg tinggi dari orang tua, adalah memberi ajakan cerdas pada anaknya supaya anak mencari dan memahami qalbu dalam dirinya, sebagai sumber nilai keselamatan hidup. Ajakan itu tertuang dalam Kelong di atas. Orang tua mendidik anaknya supaya memelihara kebersihan dan kesehatan hati. Kalau hati bersih dan sehat, maka akan bersih, sehat, dan selamatlah seluruh jazad dan kehidipan manusia.
Rasulullah bersabda “Ingatlah, dan sesungguhnya di dalam jazad itu terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka baik pulalah seluruh tubuh, dan bila ia rusak, rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati (HR. Bukhari-Muslim).
Hati di dalam dada setiap manusia, ia tergantung-tertempel dan diperkuat oleh akar atau urat-urat yg menjalar bermuara keseluruh dimensi fisik dan persendian manusia. Urat-urat itu menjalar menjangkau otak, tangan, kaki, lidah-mulut, telinga, mata, alat fital, dan dimensi fisik lainnya. Kalau hati sehat-suci, maka akan sehat-suci, dan selamatlah seluruh jazad-jasmani manusia. Tetapi kalau hati sakit, maka akan sakit dan rusaklah seluruh dimensi fisik-jazad manusia. Hati yang sakit-rusak akan merusak sendi kehidupan individu maupun kehidupan sosial di masyarakat, bangsa, dan negara.
Ucapkanlah perkataan yang benar sesuai apa kata hati nurani. Allah benci orang yang ucapannya tidak sesuai perbuatannya, sebagaimana firman-Nya ”Amat besar kebencian Allah, bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”(QS. As-Saff, 61:3)
Orang yang ucapannya tidak sesuai perbuatannya (bohong) bisa membawa mala-petaka dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menghidari itu, maka mulut dan bibir yang laksana emas dan zamrud sebagaimana kelong di atas, perlu beribadah (ibadah lisan ) dengan melakukan tiga hal.
1. Berzikir (bertasbih, tahmid, tahlil, dan takbir) supaya lebih mendekatkan diri pada Allah (takarrub ilallah) Siapa yang selalu mengingat atau berzikir pada Allah, maka dia juga akan selalu diingat Allah. Diingat rezkinya, diingat kesehatannya, dan yang lainnya. Dia Juga mendapat pahala dan bahagia hidupnya.
2. Mulut berucap perkataan yang benar untuk memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam dengan cara mengajar dan membimbing anak di rumah (oleh orang tua), di sekolah dan perguruan tinggi (oleh guru dan dosen), dan di masyatakar (oleh tokoh masyarakat dan ulama)
Dengan mengajar, belajar, berdiskusi, maka ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) akan maju. Kemajuan iptek akan meningkatkan perkembangan dan kesejahteraan suatu bangsa.
3, Mengucapkan perkataan yang benar supaya tercipta kedamaian dengan saling menghargai dan saling memahami antar sesama, baik kedamaian di rumah tangga (ciptakan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah), kedamaian di masyarakat ( bangsa dan Negara) melalui diplomasi di DPR, maupun perdamaian dunia dengan perundingan, diplomasi antar bangsa di forum Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Ucapkanlah yang benar meskipun pahit, karena akan membawa kemajuan dan kedamaian. Bersihkan dan jagalah hati, jangan dikotori. Hati yang bersih menjadi sumber kebenaran, keselamatan hidup dunia dan akhirat. Semoga.
Pao-pao Gowa, Kamis 20 Ramadah 1446 H / 20 Maret 2025 M.