![]() |
Andi Dahrul Sekretaris Umum PERWIRA-LPMT, bersama Bupati Soppeng, Andi Kaswadi Razak, Dan Drs. Sarianto. |
H. Andi Kaswadi Razak, sebagai Bupati Soppeng, telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam menjaga, melestarikan, dan mengembangkan budaya daerahnya. Di bawah kepemimpinannya, berbagai kegiatan adat dan budaya mendapat perhatian penuh dari pemerintah daerah.
Perhatiannya terhadap warisan leluhur tidak hanya terbatas pada seremoni seremonial, tetapi juga diwujudkan dalam dukungan nyata terhadap komunitas adat dan pengembangan kebudayaan lokal.
Sebagai pendiri Perkumpulan Wija Raja La Patau Matanna Tikka (PERWIRA-LPMT), beliau aktif mendorong kegiatan-kegiatan budaya yang melibatkan masyarakat luas, salah satunya adalah event spektakuler Gau Maraja La Patau Soppeng 2023, yang mengangkat sosok La Patau Matanna Tikka, tokoh besar dalam sejarah Bugis sebagai Raja Bone XVI, Datu Soppeng XVIII, Datu Soopeng XVII, dan Ranreng Tuwa Wajo XVII.
Acara Gau Maraja La Patau Soppeng 2023 bukan sekadar festival budaya biasa, tetapi merupakan bentuk penghormatan terhadap La Patau Matanna Tikka, seorang pemimpin besar yang pernah memegang kerajaan Besar, salah satu pemimpin adat tertinggi yang memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan tradisional Bugis.
Dengan menggandeng Direktur Film, Musik, dan Media, Pemerintah Kabupaten Soppeng, serta Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIX Sulawesi Selatan dan Tenggara, kegiatan ini berhasil menarik perhatian masyarakat luas. Ini membuktikan bahwa H. Andi Kaswadi Razak tidak hanya ingin melestarikan budaya, tetapi juga mempromosikan warisan sejarah Bugis ke tingkat nasional dan internasional.
Sebagai pemimpin daerah, beliau memahami bahwa budaya adalah identitas yang harus dijaga dan diwariskan. Oleh karena itu, kirab budaya dalam acara Gau Maraja La Patau Soppeng 2023 diorganisir dengan melibatkan berbagai komunitas adat dan generasi muda.
Dengan demikian, anak-anak muda Soppeng tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam memahami dan menjaga adat istiadat mereka. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wadah bagi seniman lokal untuk menampilkan kreativitas mereka dalam bentuk pertunjukan seni tradisional, seperti tari-tarian dan musik khas Bugis yang diwariskan sejak zaman La Patau Matanna Tikka.
Selain Gau Maraja La Patau Soppeng, kepedulian H. Andi Kaswadi Razak terhadap budaya juga terlihat dalam pelaksanaan Festival Budaya dan Seminar Internasional La Galigo III pada tahun 2018. Festival ini merupakan ajang besar yang bertujuan mengangkat epos La Galigo, karya sastra klasik Bugis yang telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
Epos ini juga memiliki keterkaitan dengan sejarah kepemimpinan La Patau Matanna Tikka, karena menggambarkan nilai-nilai kepahlawanan, kearifan, dan kebangsawanan yang diwariskan kepada generasi penerus.
Dengan bekerja sama dengan akademisi dari Universitas Hasanuddin, festival ini berhasil mengundang berbagai pakar untuk membahas nilai-nilai budaya yang terkandung dalam La Galigo serta relevansinya dalam kehidupan modern.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh H. Andi Kaswadi Razak bukan hanya sekadar acara seremonial, tetapi juga bagian dari strategi besar dalam memperkuat identitas budaya masyarakat Soppeng. Ia memahami bahwa budaya bukan hanya warisan yang harus dijaga, tetapi juga sumber inspirasi dan kebanggaan bagi generasi muda.
Oleh karena itu, berbagai program pelestarian budaya terus didukung dengan serius, termasuk pendidikan budaya di sekolah-sekolah serta pemberdayaan komunitas adat untuk tetap menjaga tradisi mereka.
Warisan La Patau Matanna Tikka juga dijadikan sebagai teladan kepemimpinan bagi generasi muda, agar mereka tetap menghargai nilai-nilai luhur yang diwariskan leluhur Bugis.
Dukungan yang diberikan oleh H. Andi Kaswadi Razak terhadap budaya lokal juga berdampak positif pada sektor ekonomi. Melalui berbagai festival budaya, sektor pariwisata dan UMKM di Soppeng mendapat keuntungan besar.
Para pelaku usaha lokal, mulai dari pengrajin hingga pedagang kuliner tradisional, dapat memasarkan produk mereka kepada wisatawan yang datang. Dengan demikian, pelestarian budaya tidak hanya berdampak pada aspek sosial dan historis, tetapi juga menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi daerah.
Dengan kepemimpinan yang memiliki visi kuat dalam pelestarian budaya, H. Andi Kaswadi Razak telah membuktikan bahwa warisan leluhur bukanlah sesuatu yang hanya dikenang, tetapi harus terus dihidupkan. Dukungan penuh dari pemerintah daerah terhadap berbagai kegiatan budaya mencerminkan komitmen beliau dalam memastikan bahwa adat dan tradisi tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Soppeng.
Perhatian yang besar ini menjadikan Soppeng sebagai salah satu daerah yang tidak hanya kaya sejarah, tetapi juga aktif dalam menjaga dan mengembangkan budaya leluhurnya.
Dengan segala upaya dan dedikasinya, H. Andi Kaswadi Razak telah meninggalkan jejak yang kuat dalam sejarah pelestarian budaya Soppeng. Keberlanjutan kegiatan budaya yang telah ia inisiasi menjadi tantangan bagi generasi selanjutnya untuk terus menjaga dan mengembangkan warisan yang telah ditanamkan. Kepemimpinannya menjadi contoh bahwa budaya adalah kekuatan yang harus dijaga, dipromosikan, dan diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Sosok La Patau Matanna Tikka sebagai Raja Bone XVI, Datu Soppeng XVIII, Datu Soopeng XVII, dan Ranreng Tuwa Wajo XVII tetap hidup dalam berbagai kegiatan budaya yang diinisiasi, menjadikannya inspirasi bagi masyarakat Bugis dalam menjaga tradisi dan identitas mereka.
Semoga karya H. Andi Kaswadi Razak memberi keberkahan dalam pemajuan kebudayaan. Terima kasih Pung Dulli, atas segala karyanya.
Salama To Pada Salama Kuru Sumange.
Andi Dahrul
Sekretaris Umum PERWIRA-LPMT