Anak sekolah di Dusun Useng Desa Ujung Tanah menggunakan rakit batang pisang untuk ke sekolah
RAKYATSATU.COM, BONE - Di tengah gemerlapnya pembangunan di Indonesia, bahkan banyak petinggi dan tokoh nasional orang Bone tetapi sangat disayangkan karena masih ada masyarakat dan anak-anak generasi bangsa di Kabupaten Bone yang harus menentang maut setiap hari dalam menuntut pendidikan.
Seperti yang dirasakan warga Dusun Useng, Desa Ujung Tanah, Kecamatan Mare Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Di mana di dusun tersebut, harus terisolir karena satu-satunya akses untuk keluar dari dusun itu adalah melintasi sungai Useng, sementara tak ada jembatan di sungai itu.
Hasil pertanian dan perkebunan yang ada di Dusun Useng terkadang tak bisa dipasarkan jika musim hujan dan banjir di sungai Useng. Demikian pula para anak-anak yang ada di Dusun Useng, banyak putus sekolah bahkan anak-anak usia dini dihitung jari mengenyam bangku TK.
Sebagaimana dikemukakan Kepala Dusun Useng, Arman. Jika musim hujan tiba, banyak hasil panen pertanian dan perkebunan masyarakat yang tidak bisa dipasarkan karena tak ada akses keluar selain melintasi sungai Useng.
Begitupun dengan para anak-anak, banyak yang tidak mengenyam pendidikan karena takut melintasi sungai yang tiba-tiba bisa saja banjir dan dapat menghhanyutkan mereka.
"Jika musim hujan dan sungai banjir maka kami sangat merugi apalagi jika masa panen sebab tak bisa dipasarkan. Anak-anak kami pun takut ke sekolah, sehingga banyak anak yang putus sekolah bahkan tidak sekolah di dusun kami. Semoga ada perhatian pihak terkait untuk membangun jembatan sebab sungai itu akses jalan kami satu-satunya untuk keluar," keluh Arman, Senin (26/8).
Hal senada dikemukakan Kepala Desa Ujung Tanah, Andi Rahman. Bahkan menurutnya, usulan untuk pembangunan jembatan di sungai Useng selalu diusulkan di Musrembang Kecamatan setiap tahunnya tetapi hasilnya tetap nihil.
"Setiap musrembang selalu saya usulkan tetapi tetap nihil sampai sekarang. Padahal hanya itu jalan satu-satunya warga kami di Useng untuk keluar," ujar Andi Rahman.
Lanjutnya, jika ada dibangun jembatan maka ia yakin perekonomian akan meningkat di Dusun Useng sebab hasil pertanian dan perkebunan dapat dipasarkan serta dapat menghubungkan dengan Desa Lappaupang dan Desa Tellongeng. Anak-anak juga dapat mengenyam pendidikan tanpa rasa takut.
Ia menjelaskan, jika saat ini ada sekira 30 kepala keluarga (KK) di Dusun Useng yang mata pencahariannya adalah petani dan pekebun.
"Di Dusun Useng ada sekira 30 KK dan lebar sungai Useng sekira 60 meter," pungkas Andi Rahman.
Sementara itu, Kepala SDN 238 Ujung Tanah, Alimuddin menjelaskan bahwa sebagian besar muridnya berasal dari Dusun Useng dan hampir setiap harinya dirinya bersama para guru harus berdiri di pinggir sungai Useng menanti murid menyeberang menggunakan rakit batang pisang yang diseberangkan oleh orang tua mereka.
"Jika hujan, sekolah seperti tidak ada murid, sebab murid kami lebih banyak dari Dusun Useng. Hampir setiap hari, saya bersama guru menunggu di pinggir sungai menanti murid yang menyeberang dengan rakit pohon pisang yang disampingnya para orang tua," jelas Alimuddin.
Demikian pula yang dikemukakan Babinsa Ujung Tanah Koramil 1407-15, Serda Yusuf. Jika menyeberangkan murid menggunakan rakit batang pisang serta peralatan lainnya sudah menjadi pekerjaan rutin setiap hari, jika hari sekolah.
Camat Mare melalui Sekcam Mare, Sainal Abidin menuturkan bahwa warga Dusun Useng sangat membutuhkan jembatan dan memohon kepedulian para warga Bone khususnya tokoh nasional dari Bone memiliki kepedulian untuk membangun jembatan di atas sungai Useng yang panjangnya sekira 60 meter.
Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bone, Askar yang dikonfirmasi terkait kondisi di Dusun Useng yang sangat butuh jembatan hanya mengatakan akan menjadi perhatian jika keuangan daerah memungkinkan.
"Iye siap dan mudah mudahan keuangan daerah memungkinkan," ujarnya.
Dari pantauan, Senin (26 Agustus 2024), anak-anak sekolah menyeberang menggunakan rakit batang pisang buatan masyarakat demi pendidikan.
Di samping, di depan, dan di belakang rakit batang pisang tersebut, Babinsa Koramil 1407-15 Mare Desa Ujung Tanah serta orang tua murid berusaha menyeberangkan para murid dengan menjaga keseimbangan agar anak-anak tidak ada yang jatuh ke sungai.
Usai Menentang Maut di Sungai Useng, Para Murid Harus Jalan Kaki 1,5 Kilometer Untuk Sampai di Sekolah
Kasihan dan sangat memiriskan. Itulah kehidupan para anak-anak yang ada di Dusun Useng Desa Ujung Tanah Kecamatan Mare Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.
Pasalnya, setelah ia menentang maut selamat dari sungai Useng dengan menyeberang menggunakan rakit batang pisang, mereka harus rela berjalan kaki sekira 1,5 kilometer untuk sampai di sekolahnya di SDN 238 Ujung Tanah. Hal itu rutin dilakukan setiap hari sekolah demi mengenyam bangku pendidikan. [Ikhlas/Rasul]