Iklan

Iklan

[OPINI] Lebaran dan Cerita Puasa

21 April 2023, 1:19 PM WIB Last Updated 2023-04-21T05:19:32Z

Penulis opini, Bahtiar Parenrengi/ Foto : Dok. Bahtiar Parenrengi

RAKYATSATU.COM
- Ramadan tak lama lagi berlalu. Bulan yang penuh berkah ini akan meninggalkan kita. Kalau toh kita berumur panjang, maka kita bisa berpuasa lagi sebulan penuh pada tahun berikutnya.


Sungguh beruntung bagi orang yang menjalankan perintah puasa Ramadhan. Bergembiralah. Karena engkau termasuk manusia pilihan, yang oleh Allah disebut sebagai orang beriman.


Bergembiralah. Karena sesungguhnya kita akan menjadi orang yang bertaqwa, ketika mengikuti alur yang telah ditentukan. Karena puasa dalam konteks keIlahian tentunya akan melahirkan nilai yang tidak sedikit. Sebab berpuasa, bukan hanya menahan lapar dan dahaga. Tapi juga menahan nafsu amarah, nafsu birahi dan segala sesuatu yang bisa membuat puasa kita batal.


Puasa telah ditegaskan dalam Surah AlBaqarah Ayat 183, "Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn." Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan (juga) kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.


Surah Al Baqarah ayat 183 di atas menerangkan mengenai perintah untuk berpuasa bagi orang beriman. Secara bahasa Arab, puasa berasal dari kata shiyam atau shaum yang berarti menahan. Dikutip dari buku Bekal Ramadhan karya Ahmad Zarkasih bahwa puasa menurut istilah yakni menahan yang dilakukan dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.


Diakhir ramadhan ini, tentu kita harus mawas diri. Godaan semakin mendera. Kebutuhan untuk mempersiapkan hari lebaran semakin menggoda. Padahal di 10 hari terakhir Ramadan, Rasulullah bersama sahabatnya justru memilih berdiam diri di masjid. Mereka memanfaatkan waktu dengan beribadah lebih khusyuk lagi.


Saya pun teringat cerita anak seumuran TK di kompleks kami. Dengan iseng bertanya tentang siapa yang puasa. Mereka menjawab polos. Puasa, tapi setengah. Yang lainnya menjawab, saya puasa tapi terkadang juga makan.


Cerita polos anak-anak kita menjadi sesuatu pemantik untuk tersenyum. Setidaknya mereka sudah mau jujur dengan sesuatu yang dia pahami. Tentu mereka belajar menjalankan perintah puasa walau itu masih berat baginya.


Tentu ceritanya akan bermakna lain, ketika seorang yang sudah diwajibkan melaksanakan shaum Ramadhan justru menyia-nyiakan momentum ini. Tidak 

Melaksanakan perintah Allah untuk meraih nilai taqwa. Tak heran, ada saja yang lagi asyik di rumah makan, warkop atau apapun namanya. 


Padahal para ustadz memberi pesan bahwa dengan berpuasa, niscaya manusia akan lahir, bagai bayi yang baru lahir. "Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan keikhlasan maka akan terlepas dari dosa-dosanya sehingga menjadi bersih kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya." (HR. Bukhari dan Muslim).


Kalaulah di puasa kali ini kita banyak berbuat khilaf, tentu kita berharap agar Allah mengampuni dosa kita. Kalaulah di ramadhan tahun ini kita banyak salah, semoga saja Allah menerima taubat kita. 

Kalaulah lebaran tahun ini ada perbedaan waktu, kita berharap agar kita tidak saling menyalahkan. Tetap menjaga silaturahmi karena perbedaan tetap dijadikan sebuah rahmat. Selamat Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin.

 [Ikhlas/Rasul]

Komentar

Tampilkan

  • [OPINI] Lebaran dan Cerita Puasa
  • 0

Terkini

Iklan