Bachtiar Parenrengi/ Dok. Fb Bachtiar |
Oleh Bahtiar Parenrengi
Ini bukan cerita warung kopi. Pun bukan cerita saat makan konro. Inilah cerita Jumat Pagi dalam kemasan penyampai keIlahian di media sosial. Cerita yang patut menjadi penyejuk hati dan patut menjadi contoh.
Dalam berbagai tulisan, disebutkan bahwa suatu ketika, Rasulullah Muhammad SAW. pernah menjenguk seorang kaum Yahudi. Awal kisahnya, sangat dramatis. Berawal dari seorang kafir Quraisy menyewa seorang Yahudi untuk mengganggu Rasulullah SAW.
Disebuah lorong yang tak beraspal, tempat dimana biasanya Rasulullah lewat saat hendak menuju Ka'bah. Saat lewat, Rasulullah selalu diteriaki oleh sorang Yahudi. Entah teriakan jorok yang bisa memerahkan telinga. Pun teriakan yang bisa membakar emosi.
Rasulullah selalu membalas teriakan tersebut dengan santun. Beliau tidak pernah kecewa. Tak pernah emosi, termasuk ketika diludahi. Tak pernah memperlihatkan amarah. Bahkan mendoakannya.
Tingkah itu selalu berulang, hingga keesokan harinya. Teriakan dan ludah kembali terulang. Rasul tidak dendam apalagi menghindari lorong itu.
Hingga suatu hari, lorong itu seolah lengang.Rasulullah merasa tenang karena tak ada lagi teriakan dan ludah. Rasulullah merasa heran. Ada yang lain dari biasanya. Kemana orang yang selalu meneriaki dan meludahinya setiap hari?
Rasulullah penasaran. Hingga bertanya kepada salah seorang penduduk setempat. Kabarnya, ternyata orang Yahudi tersebut sedang sakit. Dengan berbekal duit seadanya, Rasulullah ke pasar membeli makanan. Beliau pun segera menjenguk orang Yahudi itu.
Orang Yahudi itu pun terkejut saat membuka pintu. Dia tak pernah menyangka kehadiran Rasulullah. Kaget bercampur rasa haru melihat kehadiran Rasulullah membawa makanan. Dia tak pernah menyangka, yang hadir didepannya adalah sosok yang selalu dia zalimi hampir tiap hari.
Cerita yang patut menjadi contoh. Karena kita terkadang lupa. Terkadang khilaf. Dengan soal sepele kita memaki. Dan inilah menjadi Jumat Berkah hari ini, saat berselancar di media sosial. Pesan Ustadz sangat menyejukkan. Seperti pada pesan: Jadi Orang, belajarlah mengingat kebaikan orang lain. Karena berbuat baik bukan hanya untuk dicerita, tapi harus dijabarkan.
“Wahai Rasulullah, untuk apa engkau kemari?” tanya orang Yahudi itu.
“Saya kesini karena tidak ada yang meludahiku. Saya berpikir engkau mengalami sesuatu. Ternyata benar, engkau jatuh sakit."
Diakhir cerita, orang Yahudi itu menitikkan air mata, seraya berkata, “Ketahuilah wahai Muhammad, sejak aku jatuh sakit tidak ada satu orang pun yang datang menjengukku. Bahkan, orang yang menyewaku untuk menyakitimu, dia pun tidak pernah datang. "
[Ikhlas/Rasul]