RAKYATSATU.COM, SOPPENG - Penghujung Oktober 2019 lalu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Soppeng melakukan Study Tiru di Kota Surabaya.
Namun demikian, Study Tiru di kota tersebut tampaknya belum bisa diterapkan secara maksimal oleh di Kabupaten Soppeng. Maka dari itu, Disdikbud Kabupaten Soppeng kembali melakukan tiru di tiga negara, seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
Dalam rombongan sebanyak 53 peserta itu turut diikuti Kadisbud Kabupaten Soppeng, sekretaris kadisbud, Kabid pembinaan Dikdas, pengawas sekolah, Kepala TKN, Kepala UPT SPF SMP, KEPALA UPT SPF SD, Pustakawan, Dewan pendidikan dan komite sekolah.
Rombongan Studi Tiru Kabupaten Soppeng disambut oleh KBRI KL Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) DR M Farid Ma`ruf, di Aula Hasanuddin KBRI Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (30/01/2020) kemarin.
Alasan Muh Azis Kadis Dikbud Soppeng, memilih negara tetangga seperti Malaysia, dikarenakan tingkat pendidikan di Negara Malaysia maju dan berkembang pesat.
“Malaysia, pada tahun 60an model manajemen pendidikannnya berkiblat ke Indonesia, dengan banyaknya guru Indonesia yang ditugaskan mengajar ke Malaysia, namun sekarang Malaysia sudah berbenah diri dengan menugaskan guru-gurunya belajar ke luar negeri," ujarnya melalui pers rilis, Jumat (31/01/2020).
"Malaysia sudah berjaya dengan konsep manajemen Pendidikan, Istiqomah, Integritas dan Komitmen pada aturan," sambung Azis.
Rombongan study tiru yang diterima langsung Atdikbud DR M Farid Ma`ruf, berterima kasih kepada Rombongan Kabupaten Soppeng karena memilih Malaysia untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik.
Pendidikan di Malaysia lebih baik, menurut Muh Farid dikarenakan Istiqomah. "Di Malaysia ada pendidikan Dasar 6 tahun dan pendidikan Menengah 5 tahun, setelah itu ada yg di namakan fondation antara 1 - 2 tahun. Di Fondation ini, jika ada yg termasuk top 5, maka boleh daftar di perguruan tinggi", ungkapnya.
"Selain itu, sekitar 2-3 tahun ini di SD tidak ada yg namanya ujian kecuali kelas 6. Jadi dasar untuk masuk perguruan tinggi itu adalah melihat nilai-nilai raport," sambungnya.
Farid menjelaskan, Integritas juga penting, jika integritas sudah baik maka pendidikan juga baik. " Misalkan guru memberikan nilai tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Maka rata-rata rapor penentuan masuk tidaknya ke perguruan tinggi karena nilai rapor adalah nilai yang sebenarnya, tidak ada nilai yang tidak sesuai," katanya.
"Jadi guru juga berperan penting agar berani memberikan nilai sesuai yang sebenarnya," kunci Farid.
Sementara itu, Pemerhati Pendidikan Achmad Radinal saat dihubungi mengatakan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Soppeng terlalu cepat mengambil langkah untuk belajar keluar, karena saat ini Mendikbud sementara menyusun bagaimana pola-pola ataupun rancangan proses belajar mengajar (PBM).
"Kalau saya pribadi, terlalu jauh sekali untuk pergi study tiru, kenapa tidak studi lintas lembaga," katanya.
Kalau tentang pembinaan dan manajemen sekolah, lanjut Achmad banyak sekolah di Indonesia terbukti berhasil dengan metode yang dihadirkan.
"Contoh kecil yang saya ingat, ada sekolah di soppeng yang terapkan kepada siswanya, jika memasuki lingkungan sekolah dan melihat ranting/daun/sampah yang berserakan, langsung memungutnya, ini bisa jadi bukti kecil kalau kita punya juga proses pembinaan pendidikan karakter," katanya.
"Kalau terkait metode tentang jenjang tahun pendidikan SD, SMP, SMA, KAMPUS, saya pikir sudah ada wacana juga dari mendikbud," cetus Achmad. (Red)
Namun demikian, Study Tiru di kota tersebut tampaknya belum bisa diterapkan secara maksimal oleh di Kabupaten Soppeng. Maka dari itu, Disdikbud Kabupaten Soppeng kembali melakukan tiru di tiga negara, seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
Dalam rombongan sebanyak 53 peserta itu turut diikuti Kadisbud Kabupaten Soppeng, sekretaris kadisbud, Kabid pembinaan Dikdas, pengawas sekolah, Kepala TKN, Kepala UPT SPF SMP, KEPALA UPT SPF SD, Pustakawan, Dewan pendidikan dan komite sekolah.
Rombongan Studi Tiru Kabupaten Soppeng disambut oleh KBRI KL Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) DR M Farid Ma`ruf, di Aula Hasanuddin KBRI Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (30/01/2020) kemarin.
Alasan Muh Azis Kadis Dikbud Soppeng, memilih negara tetangga seperti Malaysia, dikarenakan tingkat pendidikan di Negara Malaysia maju dan berkembang pesat.
“Malaysia, pada tahun 60an model manajemen pendidikannnya berkiblat ke Indonesia, dengan banyaknya guru Indonesia yang ditugaskan mengajar ke Malaysia, namun sekarang Malaysia sudah berbenah diri dengan menugaskan guru-gurunya belajar ke luar negeri," ujarnya melalui pers rilis, Jumat (31/01/2020).
"Malaysia sudah berjaya dengan konsep manajemen Pendidikan, Istiqomah, Integritas dan Komitmen pada aturan," sambung Azis.
Rombongan study tiru yang diterima langsung Atdikbud DR M Farid Ma`ruf, berterima kasih kepada Rombongan Kabupaten Soppeng karena memilih Malaysia untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik.
Pendidikan di Malaysia lebih baik, menurut Muh Farid dikarenakan Istiqomah. "Di Malaysia ada pendidikan Dasar 6 tahun dan pendidikan Menengah 5 tahun, setelah itu ada yg di namakan fondation antara 1 - 2 tahun. Di Fondation ini, jika ada yg termasuk top 5, maka boleh daftar di perguruan tinggi", ungkapnya.
"Selain itu, sekitar 2-3 tahun ini di SD tidak ada yg namanya ujian kecuali kelas 6. Jadi dasar untuk masuk perguruan tinggi itu adalah melihat nilai-nilai raport," sambungnya.
Farid menjelaskan, Integritas juga penting, jika integritas sudah baik maka pendidikan juga baik. " Misalkan guru memberikan nilai tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Maka rata-rata rapor penentuan masuk tidaknya ke perguruan tinggi karena nilai rapor adalah nilai yang sebenarnya, tidak ada nilai yang tidak sesuai," katanya.
"Jadi guru juga berperan penting agar berani memberikan nilai sesuai yang sebenarnya," kunci Farid.
Sementara itu, Pemerhati Pendidikan Achmad Radinal saat dihubungi mengatakan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Soppeng terlalu cepat mengambil langkah untuk belajar keluar, karena saat ini Mendikbud sementara menyusun bagaimana pola-pola ataupun rancangan proses belajar mengajar (PBM).
"Kalau saya pribadi, terlalu jauh sekali untuk pergi study tiru, kenapa tidak studi lintas lembaga," katanya.
Kalau tentang pembinaan dan manajemen sekolah, lanjut Achmad banyak sekolah di Indonesia terbukti berhasil dengan metode yang dihadirkan.
"Contoh kecil yang saya ingat, ada sekolah di soppeng yang terapkan kepada siswanya, jika memasuki lingkungan sekolah dan melihat ranting/daun/sampah yang berserakan, langsung memungutnya, ini bisa jadi bukti kecil kalau kita punya juga proses pembinaan pendidikan karakter," katanya.
"Kalau terkait metode tentang jenjang tahun pendidikan SD, SMP, SMA, KAMPUS, saya pikir sudah ada wacana juga dari mendikbud," cetus Achmad. (Red)