RAKYATSATU.COM, BONE - Selama ini penamatan atau perpisahan peserta didik di suatu lembaga pendidikan/sekolah selalu diidentikkan dengan kemeriahan dan ada panggung serta acara makan-makan, dan sebagainya.
Namun hal itu ternyata tidak berlaku bagi salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kecamatan Sibulue, khususnya di Dusun Kajuara, Desa Pakakasalo, yakni SMPN 4 Sibulue.
Sekolah yang menamatkan 92 orang peserta didiknya tersebut melaksanakan penamatan dan perpisahan di salah satu rumah adat yang ada di Benteng Somba Opu Kabupaten Gowa, Kamis (02/05/2019), bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Kepala UPT SMPN 4 Sibulue yang saat ini sudah memasuki Masa Purna (Pensiun), Andi Suradi, mengatakan bahwa penamatan dan pelepasan siswa-siswi kelas IX SMPN 4 Sibulue, tahun ini 2019 memang lain dari biasanya.
"Biasanya atau tahun-tahun sebelumnya kita laksanakan di sekolah tetapi kali ini kita mencoba dengan suasana lain dengan dirangkaikan kegiatan karya wisata atau study tour secara proporsional dengan tetap berupaya menghadirkan orang tua/wali siswa walau hanya perwakilan," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Pembina Kesiswaan SMPN 4 Sibulue, Ansar. Bahkan menurutnya penamatan atau pelepasan peserta didik kelas IX sekaligus perpisahan dan pelepasan terhadap Kepala UPT SMPN 4 Sibulue, Andi Suradi yang memasuki usia pensiun dan perpisahan/pelepasan salah seorang Tenaga Administrasi, Sainal Abidin.
"Penamatan dan perpisahan atau pelepasan siswa-siswi yang tamat sekaligus sebagai peringatan Hardiknas 2019 sehingga kita memilih salah satu rumah adat yang ada di lokasi Benteng Somba Opu, yakni rumah adat Luwu," jelas Ansar.
Ansar juga menjelaskan bahwa, kegiatan tersebut untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa penamatan dan perpisahan atau pelepasan tersebut tidak selamanya harus dilaksanakan di gedung atau tenda baruga tetapi justru sangat bermakna dan memiliki nilai edukasi yang tinggi apabila dilaksanakan dengan sangat sederhana tetapi tercapai tujuan yang diinginkan.
Ia juga sengaja memilih rumah adat Luwu agar peserta didiknya yang telah menyelesaikan studinya selama tiga tahun di SMPN 4 Sibulue dapat memahami dan mengerti rumah adat daerah lain. (Rasul)
Namun hal itu ternyata tidak berlaku bagi salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kecamatan Sibulue, khususnya di Dusun Kajuara, Desa Pakakasalo, yakni SMPN 4 Sibulue.
Sekolah yang menamatkan 92 orang peserta didiknya tersebut melaksanakan penamatan dan perpisahan di salah satu rumah adat yang ada di Benteng Somba Opu Kabupaten Gowa, Kamis (02/05/2019), bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Kepala UPT SMPN 4 Sibulue yang saat ini sudah memasuki Masa Purna (Pensiun), Andi Suradi, mengatakan bahwa penamatan dan pelepasan siswa-siswi kelas IX SMPN 4 Sibulue, tahun ini 2019 memang lain dari biasanya.
"Biasanya atau tahun-tahun sebelumnya kita laksanakan di sekolah tetapi kali ini kita mencoba dengan suasana lain dengan dirangkaikan kegiatan karya wisata atau study tour secara proporsional dengan tetap berupaya menghadirkan orang tua/wali siswa walau hanya perwakilan," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Pembina Kesiswaan SMPN 4 Sibulue, Ansar. Bahkan menurutnya penamatan atau pelepasan peserta didik kelas IX sekaligus perpisahan dan pelepasan terhadap Kepala UPT SMPN 4 Sibulue, Andi Suradi yang memasuki usia pensiun dan perpisahan/pelepasan salah seorang Tenaga Administrasi, Sainal Abidin.
"Penamatan dan perpisahan atau pelepasan siswa-siswi yang tamat sekaligus sebagai peringatan Hardiknas 2019 sehingga kita memilih salah satu rumah adat yang ada di lokasi Benteng Somba Opu, yakni rumah adat Luwu," jelas Ansar.
Ansar juga menjelaskan bahwa, kegiatan tersebut untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa penamatan dan perpisahan atau pelepasan tersebut tidak selamanya harus dilaksanakan di gedung atau tenda baruga tetapi justru sangat bermakna dan memiliki nilai edukasi yang tinggi apabila dilaksanakan dengan sangat sederhana tetapi tercapai tujuan yang diinginkan.
Ia juga sengaja memilih rumah adat Luwu agar peserta didiknya yang telah menyelesaikan studinya selama tiga tahun di SMPN 4 Sibulue dapat memahami dan mengerti rumah adat daerah lain. (Rasul)