RAKYATSATU.COM, TORAJA UTARA - Penenun tertua di Toraja ini dikenal dengan nama Nenek Pangngau (89) yang tokonya selalu menjadi pusat kunjungan wisatawan ini, hingga tenun hasil karyanya telah tersebar ke luar negeri.
Saat didatangani di tokonya, aktifitas memproses bongkahan kapas menjadi untaian benang yang siap untuk ditenun, menjadi hal yanh selalu dilakukan oleh nenek Pangngau', Minggu (6/5).
Dengan telaten, dirinya telah menghasilkan kain tenun yang siap dibeli oleh pengunjung. Tenun Paruki menjadi kain tenun yang paling mahal yang harganya 1,8 juta rupiah.
Walaupun bangga dengan hasil karyanya, nenek Pangngau' merasa sedih karena anak muda jaman sekarang, sudah tidak mau lagi belajar menguntai kapas menjadi benang.
Saat didatangani di tokonya, aktifitas memproses bongkahan kapas menjadi untaian benang yang siap untuk ditenun, menjadi hal yanh selalu dilakukan oleh nenek Pangngau', Minggu (6/5).
Dengan telaten, dirinya telah menghasilkan kain tenun yang siap dibeli oleh pengunjung. Tenun Paruki menjadi kain tenun yang paling mahal yang harganya 1,8 juta rupiah.
Walaupun bangga dengan hasil karyanya, nenek Pangngau' merasa sedih karena anak muda jaman sekarang, sudah tidak mau lagi belajar menguntai kapas menjadi benang.

"Kalau saya meninggal, sepertinya alat menguntai kapas ini akan tidak terpakai lagi sehingga menjadi punah. Anak muda jaman sekarang malas belajar karena tidak mau sabar membuatnya," kata nenek Pangngau'.
Cara menguntai kapas menjadi benang, diketahui memang sulit sehingga sangat jarang orang bisa melakukannya.
"Memang susah buat benang dari kapas, lebih muda buat tenun,"tambah nenek Pangngau.
Ramah dalam menyambut pengunjung serta hasilnya sangat apik, juga membuat hasil karya nenek Pangngau' selalu menjadi sasaran tempat belanja, apalagi pengungjung dari luar negeri, sangat suka dengan tenun hasil karya nenek Pangngau' tersebut. (Kris)