Istimewa/Int
RAKYATSATU.COM, BONE - Ketua DPP Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Pusat, Andi Yuslim Patawari (AYP) menegaskan bahwa pesta demokrasi jangan dijadikan sebagai ajang menyebar fitnah, tetapi jadikan ajang silaturahmi dalam memilih pemimpin.Mantan Ketua DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pusat yang juga calon doktor Universitas Padjadjaran itu menegaskan pula bahwa Pilkada serentak bukanlah ajang semata pertarungan perebutan jabatan tetapi jadikan momentum bagaimana memberikan pencerahan pendidikan politik dan cara berpolitik santun kepada masyarakat.
“Pilkada hanya sekali dalam 5 tahun dan momentum yang selalu berulang. Bukan hal yang baru. Janganlah karena pilkada, hubungan silaturrahmi terputus,” tegas AYP, Selasa (20/02) kepada Rakyatsatu.com.
AYP yang juga merupakan salah seorang tokoh muda nasional mengatakan, pesta demokrasi adalah ajang memilih pemimpin. Selain itu ia mengatakan, silakan para kandidat berkontribusi memperkenalkan dirinya, tim sukses mempromosikan kandidatnya, masyarakat sebagai pemilih silakan menentukan pilihan.
Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Politani Pangkep ini menambahkan, di Pilkada serentak yang rencananya akan dihekat 27 Juni 2018 nantinya, ada empat pasangan calon yang bertarung di Pilgub Sulsel 2018 adalah putra terbaik Sulsel.
“Janganlah dengan Pilgub Sulsel ini, nama baik para kandidat dirusak hanya karena pertarungan jabatan. Ini adalah proses ketokohan para kandidat,” tegasnya.
Hal lain yang ditekankan AYP adalah, semua pihak harus saling mendukung terciptanya proses demokratisasi yang sehat di Sulsel. Termasuk di dalamnya penyelenggara pilkada dalam hal ini KPU dan pengawas, birokrat pemerintah, aparat keamanan, dan tentunya media.
“Sudah menjadi pengalaman dalam pesta demokrasi adanya keberpihakan beberapa pihak dalam salah satu kandidat. Biasanya disebut politik praktis. ASN sebagai birokrat yang memiliki infrastruktur hingga level bawah, sangat memungkinkan menggunakan kekuasaan untuk melakukan intimidasi,” kata AYP.
Lebih lanjut AYP mengatakan, selain pihak lain yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sebagai pemilih, keberpihakan media sangat berpengaruh menciptakan opini publik.
“Saya juga heran sekarang, banyak media yang lahir jelang pilkada. Pengalaman saya di beberapa daerah, pola itu sama. Setelah pilkada selesai, media-media tersebut hilang entah kemana. Ini yang perlu diwaspadai karena informasinya yang disampaikan benar-benar harus divalidasi oleh masyarakat. Jangan langsung dipercaya,” harap AYP.
Sebagai orang yang pernah terlibat langsung dalam pilkada di Sulsel maupun provinsi lainnya, AYP berharap Pilgub Sulsel dan pilkada-pilkada di beberapa daerah di Sulsel menjadi contoh pesta demokrasi yang elegan dan bermartabat di Indonesia. (Rasul)