RAKYATSATU.COM, TANA TORAJA - Pasar Makale merupakan pusat transaksi jual beli paling ramai dan terkenal di Kabupaten Tana Toraja. Tak urung banyak masyarakat yang berlomba-lomba untuk mengadu nasib di pasar Makale, hingga rela bermalam di pasar.
Seperti halnya dengan Maraun (66), warga Desa Buronan Kecamatan Ulusalu Tana Toraja ini, harus menempuh jarak yang jauh untuk kelokasi pasar ini.
Walaupun jarak yang ditempuh jauh, namun kesempatan untuk mendapatkan rejeki yang tidak pasti tak menyurutkan dirinya. Terlebih dengan kondisinya yang tak dapat melihat (buta), tentu sulit baginya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kelihaiannya dalam bermain alat musik tradisional Tamorron yang dibuatnya sendiri ini, memberinya ide untuk bersenandung musik di area pasar, untuk sekedar meminta belas kasihan pengunjung pasar.
Besarnya tantangan untuk hidup, memaksanya melakukan semua ini. Maraun yang hanya tinggal seorang diri ini, tanpa lelah terus meniup alat musik tersebut. Keinginannya untuk memiliki rumah yang layak pun terus dilakukannya dengan menabung sedikit demi sedikit dari hasilnya mengamen yang berada disudut jembatan area pasar Makale.
Walaupun dirinya memiliki keluarga yang besar, Anak kedua dari sembilan bersaudara ini, tak ada yang mau membantunya meski sekedar untuk makan. Tak hanya sekedar mengamen, Maraun juga berharap alat musik Tamorron yang hanya cukup satu jam dibuat ini dari bahan daun ijuk ditambah dengan batang padi khas suku Toraja ini terus dilestarikan dan dapat diteruskan oleh generasi saat ini. (Kris)
Seperti halnya dengan Maraun (66), warga Desa Buronan Kecamatan Ulusalu Tana Toraja ini, harus menempuh jarak yang jauh untuk kelokasi pasar ini.
Walaupun jarak yang ditempuh jauh, namun kesempatan untuk mendapatkan rejeki yang tidak pasti tak menyurutkan dirinya. Terlebih dengan kondisinya yang tak dapat melihat (buta), tentu sulit baginya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kelihaiannya dalam bermain alat musik tradisional Tamorron yang dibuatnya sendiri ini, memberinya ide untuk bersenandung musik di area pasar, untuk sekedar meminta belas kasihan pengunjung pasar.
Besarnya tantangan untuk hidup, memaksanya melakukan semua ini. Maraun yang hanya tinggal seorang diri ini, tanpa lelah terus meniup alat musik tersebut. Keinginannya untuk memiliki rumah yang layak pun terus dilakukannya dengan menabung sedikit demi sedikit dari hasilnya mengamen yang berada disudut jembatan area pasar Makale.
Walaupun dirinya memiliki keluarga yang besar, Anak kedua dari sembilan bersaudara ini, tak ada yang mau membantunya meski sekedar untuk makan. Tak hanya sekedar mengamen, Maraun juga berharap alat musik Tamorron yang hanya cukup satu jam dibuat ini dari bahan daun ijuk ditambah dengan batang padi khas suku Toraja ini terus dilestarikan dan dapat diteruskan oleh generasi saat ini. (Kris)